Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Rakyat ~ Jaka Tarub dan Nawang Wulan


CERITA RAKYAT


CERITA RAKYAT

JAKA TARUB DAN NAWANG WULAN


Jaka Tarub ketika masih kecil bernama Kidang Telangkas. Ia adalah anak angkat Nyai Randa Tarub. ltulah sebabnya, Kidang Telangkas kemudian lebih dikenal dengan nama Jaka Tarub. Sejak kecil ia mempunyai kegemaran berburu burung dengan sumpitan. Setelah dewasa, ia masih senang berburu burung sehingga di rumahnya terdapat berbagai macam burung.

Pada suatu hari, Jaka Tarub duduk di pendapa rumah menikmati kicauan burung piaraannya. Tiba-tiba ia mendengar kicauan burung perkutut di atas pohon mangga di halaman depan. "Sungguh merdu suara burung perkutut itu," gumam Jaka Tarub seraya beranjak dari tempat duduknya. Jaka Tarub ingin menangkap burung perkutut itu, te tapi burung itu terbang. Jaka Tarub terus mengejar burung itu sehingga sampai di tengah hutan, dekat sebuah telaga. Jaka Tarub ·menghentikan langkahnya karena mendengar suara perempuan bersendau-gurau bermain air telaga . "Siapakah mereka?" gumam Jaka Tarub keheranan.

"Di hutan yang sepi begini kok ada perempuan mandi." Jaka Tarub terus berjalan mengendap-endap mendekati telaga itu. Oi telaga itu ternyata ada tujuh perempuan cantik sedang mandi dan bersendau-gurau. "Mungkin mereka itu bidadari dari kayangan," pikir Jaka Tarub. Mata Jaka Tarub terus tertuju ke arah telaga . Tibatiba ia melihat pakaian indah berserakan di atas batu di tepi telaga. "Pasti pakaian-pakaian itu milik para bidadari yang sedang mandi itu.

Aku ingin mengambil satu pasang," kata Jaka Tarub sambil terus berjalan mengendap-endap di antara semak-semak. Akhirnya, Jaka Tarub berhasil mengambil satu pasang pakaian bidadari. Pakaian itu ia sembunyikan di bawah tumpukan padi di lumbungnya.

Kemudian, Jaka Tarub bergegas menuju ke telaga. Ketika itu para bidadari telah selesai mandi dan menuju ke tempat penyimpanan pakaian. Setelah mengenakan pakaian para bidadari terbang ke angkasa. Bidadari Nawang~ulan tidak menemukan pakai_. annya sehingga ia tidak dapat terbang ke kayangan bersama saudara-saudaranya. Nawangwulan mulai menggigil kedinginan dan dicekam kesedihan yang sangat mendalam. Air matanya pun jatuh membasahi pipinya. Ia ketakutan karena tiba-tiba ada orang berdiri di tepi. telaga. 

Jaka Tarub berhasil mengambil satu pasang pakaian bidadari.

 "Jangan takut padaku. Aku tidak akan menyakitimu. Pakailah kain ini," kata Jaka Tarub seraya melemparkan sehelai kain ke arah bidadari yang masih berendam di telaga. Nawangwulan menangkap kain yang dilemparkan Jaka Tarub. Setelah mengenakan kain itu, ia menuju ke tepi telaga. "Marilah aku bantu," kata Jaka Tarub sambil mengulurkan tangannya. 

Jaka Tarub dan Nawangwulan lalu duduk di atas batu, di tepi telaga. "Dinda Nawangwulan, mungkin sudah menjadi kehendak Dewata bahwa Dinda harus hidup di bumi," kata Jaka Tarub, "Tinggallah di rumahku." Nawangwulan berkata dalam hati, "Mungkin benar kata orang ini. Aku telah ditakdirkan Dewata untuk tinggal di bumi ini." "Dinda Nawangwulan, apakah Dinda mau tinggal di rumahku?" kata Jaka Tarub mengulangi perkataannya. Nawangwulang menganggukkan kepalanya pertanda ia mau diajak pulang ke rumah Jaka Tarub. 

Akhirnya, Jaka Tarub dan Nawangwulan menikah. Setahun kemudian mereka dikaruniai seorang putri yang diberi nama Nawangsih. Semenjak menikah dengan Nawangwulang padi di lumbung Jaka Tarub semakin menumpuk. Jaka Tarub pun keheranan karena istrinya tidak pernah menumbuk padi, tetapi setiap h~ri istrinya memasak nasi.

"Aku ingin tahu, mengapa istriku selalu melarang aku masuk dapur?" tanya Jaka Tarub dalam hati. Pada suatu hari Nawangwulan sedang menanak nasi. Ia ingin pergi ke sungai. Ia kemudian memanggil suaminya, "Kakanda Jaka Tarup, tungguilah api ini. Tetapi, jangan sekali-kali Kakanda membuka tutup kukusan ini." Jaka Tarub semakin penasaran karena istrinya .selalu berkata begitu jika akan pergi ke sungai. Jaka Tarub tidak mengindahkan larangan istrinya. Ia lalu membuka tutup kukusan itu. "Pantas padi di lumbungku tidak pernah berkurang . 

Rupanya istriku kalau memasak nasi hanya mengambil satu bulir padi saja," kata Jaka Tarub seraya menutup kembali kukusan itu. Akibat tindakan Jaka Tarub itu buliran padi yang ditanak oleh Nawangwulan tidak dapat masak. Buliran padi itu tetap beruwujud buliran padi. Sejak itu, Nawangwulan kalau menanak nasi harus menumbuk padi lebih dahulu seperti orang kebanyakan. Lama-lama persediaan padi di lumbung Jaka Tarub semakin menipis. 

Akhirnya, Nawangwulan menemukan pakaian kayangan yang dahulu disembunyikan oleh Jaka Tarub. lngatan Nawangwulan kembali ke masa lalu. Ia teringat kepada saudara-saudaranya di kayangan. Pakaian kayangan itu lalu dipakainya sehingga ia mendapatkan kebidadariannya kembali. Kemudian, ia terbang ke kayangan untuk menemui saudara-saudaranya. 

Akan tetapi, sesampai di kayangan ia tidak diterima sebagai warga kayangan karena ia telah dianggap menjadi manusia. Nawangwulan disuruh tinggal di Laut Selatan. Ia kemudian menjadi penguasa Laut Selatan dan bergelar Nyi Roro Kidul.

1 komentar untuk "Cerita Rakyat ~ Jaka Tarub dan Nawang Wulan"

  1. Artikelnya sangat bagus, Sudah Di Shared
    Coba baca juga artikel menarik lainnya :
    Artikelnya sangat bagus, Sudah Di Shared
    Coba baca juga artikel menarik lainnya :
    Agen SBOBET
    Parlay Bola Jalan
    Agen Resmi SBOBET
    Casino GD88
    DAFTAR CASINO SBOBET

    BalasHapus

POPULER SEPEKAN

Mengapa Domain Penting untuk Bisnis
Anda Mencari Risetter Adjustment Program epson l3110 di sini
Tugas Makalah Kewarganegaraan Perpajakan di Indonesia
Cerita Rakyat | Timun Mas
 Viral, Suami TKW Hongkong Asal Cilacap Ini Diam-Diam Menikah Lagi
4 Tempat Wisata Terbaik di Purbalingga Jawa Tengah
Apa yang dimaksud bahasa reseptif dan bahasa produktif?
Biografi Singkat Al-Hallaj - Al-Hallaj (Sang Sufi Kontroversi)